Arsip

Archive for the ‘Artikel’ Category

Kota Bejat itu Bernama Qom di Iran

Oktober 4, 2013 Tinggalkan komentar

mut'ah

  • Bahwa kota Qom telah mencatat angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak diatur oleh undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan air.
  • Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua penderita AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
  • Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling banyak menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana yang pernah terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz” (Hari Raya Kemusyrikan Majusi).
Kerusakan kota-kota suci Iran ternyata erat kaitannya dengan para mollah. Sebab hanya para mollah itulah yang dapat masuk ke pusat-pusat pendidikan yang dikhususkan untuk gadis-gadis, meski pada dasarnya mengajar di tempat-tempat tersebut terlarang bagi laki-laki di kota Qom. Begitu juga dengan pusat-pusat kesehatan, rumah sakit dan tempat-tempat wisata yang dikhususkan buat wanita, banyak dijumpai para mollah berjalan-jalan dengan bebasnya seakan mereka adalah kelompok orang yang telah dihalalkan atas semua wanita yang masuk ke tempat-tempat tersebut.
Bahkan kerusakan di kota Qom jauh melebihi kerusakan kota Teheran yang merupakan kota yang lebih terbuka di banding Qom.
Angka bunuh diri di kalangan wanitanya dengan jalan minum racun sangatlah tinggi, dan hal itu disebabkan oleh beban mental yang banyak dirasakan oleh para wanita dan gadis-gadis yang tinggal di kota itu sebagai dampak dari situasi yang telah memaksa mereka dan juga cara-cara yang diterapkan oleh “syurthatul akhlaqil hamidah” yaitu polisi penegak akhlak terpuji di bawah kekuasaan para mollah.
Kondisi kejiwaan inilah yang di saat tertentu dapat memicu tindak kejahatan dari kaum laki-laki Iran untuk melakukan penculikan dan pemerkosaan, bahkan tak jarang berakhir dengan dibunuhnya sang korban karena takut dilaporkan. Dan sebagian wanita dan gadis korban perkosaan pun tak jarang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena malu dengan apa yang menimpanya.
Nyatanya, wanita di kota Qom selalu dalam resiko penghinaan dan pelecehan seksual, khususnya yang dilakukan oleh kalangan pelajar agama di Hauzah. Setiap kali mereka melihat wanita atau gadis yang sedang berada di jalan, maka buru-buru mereka membuka percakapan dengannya tentang nikah mut’ah, bahkan sedikit pun mereka tidak membuka ruang tanya jawab meski si wanita atau gadis tersebut merasa keberatan.
Hal itu dikarenakan apa yang mereka inginkan adalah perkara yang disyari’atkan dan telah ditegaskan oleh pemerintah, di samping mut’ah dalam keyakinan mereka adalah perbuatan terpuji dan telah diwasiatkan oleh para Imam mereka sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab Imam mereka.
Karena itulah wanita-wanita di Qom harus menanggung penghinaan dan pelecehan seksual ini dari para mollah, pemuda dan juga kaum laki-laki. Mereka hanya mempunyai dua pilihan; tetap tunduk dengan aturan itu atau hidup dalam situasi kepahitan jiwa.
Sebagian besar kehidupan rumah tangga di kota Qom juga mengalami kegagalan, karena sebagian besar dari mereka hidup dengan tetap menjalani kebiasaan dan mengikuti adat yang menguasai di kota itu. Adat kebiasaan ini kadang bertentangan dengan tingkat pengetahuan dan sosial mereka, dan adat inilah yang sering kali mendorong kaum laki-laki untuk melakukan mut’ah sebab mereka meneladani para mollah.
Dan sebaliknya banyak para istri yang kemudian membalas perbuatan suaminya dengan menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka berakhir dengan kegagalan lalu dilanjutkan dengan perceraian. Menurut penelitian tentang keadaan sosial di kota Qom, ternyata angka perceraian di kota itu menduduki peringkat terbesar kedua di negara Iran.
Seperti diketahui bahwa pengadilan yang khusus menangani kasus-kasus perdata di Iran dilaksanakan dengan perantara hakim-hakim yang selalu memotivasi para wanita dan gadis untuk melakukan perceraian, dan segera setelah perceraian itu mereka dipindahkan ke Yayasan-yayasan sosial dengan dalih menolong mereka agar cepat mendapatkan pekerjaan, namun pada kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap para mollah untuk dijadikan budak dengan alasan mut’ah.
Yayasan Az-Zahra’ termasuk Yayasan paling terkenal yang menjadi tempat tinggal para janda dan tempat bersenang-senangnya para mollah dan para pelajar agama di Hauzah yang sangat menginginkan berbuat mesum atas nama mut’ah.
Sampai ada hal yang sangat sulit dipercaya, jika dikatakan ada data yang tidak resmi menegaskan bahwa kota Qom telah mencatat angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak diatur oleh undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan air.
Kerusakan kota Qom tidak hanya itu, sebab kerusakan-kerusakan lain juga telah mencatat angka yang sangat tinggi seperti pertikaian dan perkelahian antar kelompok dan perorangan yang menyebabkan menumpuknya korban luka-luka di rumah sakit Nakui di Qom setiap harinya. Salah satu jalan yang sering terjadi perkelahian adalah jalan Bajik.
Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua penderita AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling banyak menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana yang pernah terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz” (Hari Raya Kemusyrikan Majusi).
Sedang kondisi mata pencaharian masyarakat dan tingkat kemiskinan di kota Qom juga sangat memprihatinkan. Angka kemiskinan dan kelaparan di kota ini sangat tidak bisa dipercaya. Banyak masyarakat di kota ini yang sulit bahkan sekedar melindungi diri mereka dari cuaca dingin yang ekstrim atau musim panas yang menyengat. Makanan mereka sehari-hari adalah roti dan air, dan agak lebih baik sedikit adalah makaroni. Sering kali orang tua mereka menyaksikan kematian anak-anaknya di depan mata mereka karena ketidakmampuan berobat, bahkan mereka juga tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
Di antara keluarga-keluarga miskin di kota Qom juga sangat banyak yang mempekerjakan anak-anak kecil mereka di pabrik pembuatan batu bata dari malam hingga siang hari untuk sekedar bertahan hidup.
Sedang pemandangan seperti ini berlangsung di tengah banyaknya mollah yang hidup dalam kondisi serba mewah yang dihasilkan dari kekuasaan mereka atas proyek-proyek ekonomi dan kepemilikan saham pada banyak perusahaan-perusahaan besar.
Mereka dapatkan bagian itu dari apa yang dinamakan harta “humus” yaitu berhak atas 5% dari harta yang diambil dari para pengikutnya. Harta humus ini bisa mencapai milyaran Tuman dalam setahunnya sehingga memungkinkan para mollah memiliki bangunan-bangunan istana di kawasan elit seperti Salarie, Amin Boulvare dan lain-lain di samping kepemilikan mereka atas rumah-rumah mewah di kawasan Niavaran utara Teheran.

Sumber: http://nahimunkar.com/qom-kota-bejat-di-iran/

Kategori:Artikel Tag:,

Meneropong Masyarakat Iran

Oktober 2, 2013 Tinggalkan komentar

iran (Tiga Dasawarsa Pasca Revolusi)

Politik Shah Iran sebelum revolusi berkiblat ke Barat. Iran saat itu merupakan sebuah negara dengan praktek korupsi yang terjadi di mana-mana. Pada tahap selanjutnya, Revolusi Islam Syi’ah pimpinan Khomeini mengklaim datang untuk mewujudkan cita-cita Islam yang luhur: moralitas, stabilitas, kesetaraan, kesejahteraan, keadilan, perang terhadap narkoba dan prostitusi, dll.

Pertanyaannya, setelah lewat 30 tahun lebih revolusi, apakah cita-cita luhur tersebut telah terwujud?

Fakta menunjukkan bahwa problem yang membelit masyarakat Iran semakin berat.

Problem Pertama : Penyalahgunaan Narkoba

Problem pertama adalah penyalahgunaan narkoba. Peneliti memperkirakan bahwa di Iran terdapat 2,5 juta pecandu narkoba. Bila rata-rata keluarga terdiri dari 5 orang anggota, maka 12,5 juta anggota masyarakat Iran sibuk mengurus pecandu narkoba dengan segala persoalan yang ditimbulkannya.

Laporan United Nations Office on Drugs and Crime tahun 2005 yang memonitor statistic pengguna opium dunia menunjuk Iran sebagai negara dengan pengguna narkoba terbesar di dunia. 2,5% penduduk yang berusia di atas 15 tahun merupakan pecandu salah satu jenis narkoba. Menyusul Iran dalam penyalahgunaan narkoba di atas 2% ialah Mauritius dan Kyrgyzstan.

Laporan kawat diplomatik yang dirilis Wikileaks menyebut Iran sebagai negara terbesar pemasok obat-obatan terlarang di dunia. Menteri luar negeri Azerbaijan pernah menyinggung bahwa operasi pengedaran narkoba dikendalikan langsung oleh petugas keamanan Iran. Dia menyebut bahwa pengedar narkoba asal Iran yang berhasil dibekuk keamanan negaranya dan diekstradisi ke Iran justru dapat segera lepas dari tuntutan hukum.

Problem Kedua : Prostitusi/Pelacuran

Adapun prostitusi, Radio Liberty merilis berdasarkan laporan resmi bahwa di Iran terdapat 300 ribu perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Koran-koran lokal menegaskan bahwa angka tersebut secara konsisten mengalami peningkatan. Rasool Nafisi, sosiolog dan analis politik Iran di Strayer University, Washington mengungkapkan bahwa peningkatan tersebut akibat tekanan ekonomi, tingginya tingkat perceraian, dan eksploitasi perempuan-perempuan keluarga miskin yang lari dari wilayah desa.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sebelumnya prostitusi hanya menyebar di kalangan yang belum menikah, namun kini berpindah ke kalangan yang telah menikah. Usia PSK pemula juga mengalami kecenderungan turun hingga ke usia 15 tahun. Padahal, di dua dasawarsa pertama revolusi, PSK pemula berusia rata-rata 30 tahun. Motif prostitusi juga mengalami pergeseran, dari yang sebelumnya pemenuhan kebutuhan primer menjadi sekadar tuntutan kebutuhan sekunder.

Penelitian mutakhir bahkan menunjukkan fakta yang lebih jauh, yaitu mulainya profesi PSK di kalangan anak-anak usia 8-10 tahun. Sebuah laporan yang pernah menimbulkan reaksi keras dari parlemen Iran.

Laporan Iran yang dirilis pertama pada tahun 2000 silam mengakui adanya fenomena dan peningkatan konsisten praktek prostitusi dan penyalahgunaan narkoba, khususnya di kalangan remaja. Sesuai laporan tersebut, peningkatan tajam terjadi khususnya pada rentang waktu 1998-1999. Laporan tersebut disusun oleh Mohamad Ali Zam, Ketua Bidang Budaya dan Seni di Teheran, dan punya pengaruh politik.

Problem Ketiga : Shalat

Laporan yang sama merilis tingkat kedisiplinan melakukan shalat. Hasilnya, 75% penduduk, dan khususnya 86% pelajar dan remaja, tidak melakukan shalat.

Problem Keempat : Kemiskinan

Selanjutnya, ada laporan yang menyebut angka antara 10-15 juta penduduk miskin di Iran. Sosiolog dan ekonom Dr. Muhammad Jawwad Zahidi memperingatkan dalam penelitiannya tentang apa yang dia sebut sebagai bahaya “Tsunami Kemiskinan” yang mengancam Republik Iran. Bahaya tersebut, menurutnya, merupakan dampak dari berbagai sebab: inflasi, korupsi, diskriminasi ekonomi, dan lemahnya sektor swasta.

Tidak adanya jaminan sosial turut menyeret kelompok menengah dan rendah ke tingkat kemiskinan akut. Kemiskinan ini selanjutnya menimbulkan berbagai problem sosial lainnya, seperti penyalahgunaan narkoba, kekerasan, dan prostitusi. Bank Dunia melaporkan pada 2010 berdasarkan indikator pekerjaan dan penghasilan bahwa Iran menduduki ranking 137 dari 187 negara di dunia.

Problem Kelima : Kriminalitas

Problem lain yang membelit Iran adalah penduduk kawasan kumuh yang diperkirakan mencapai 5 juta jiwa. Laporan lain menyebut angka hingga 20 juta jiwa. Kondisi ini laten menimbulkan perilaku kriminalitas. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap penduduk di daerah pedesaan pinggiran Teheran menyimpulkan bahwa 59% mereka adalah kriminalis.

Problem Keenam : Pendidikan

Pada medio tahun 2010 Iran tersadar akan krisis serius yang menimpa sektor pendidikan. Kesadaran tersebut lahir pasca evaluasi pemimpin-pemimpin Iran terhadap pemerintah revolusi yang silih berganti namun gagal mentransformasikan nilai-nilai revolusi Islam Syi’ah. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Iran mendeklarasikan piagam nasional pendidikan dalam rangka islamisasi Syi’ahisasi pendidikan. Perumusan piagam tersebut memakan waktu hingga lima tahun dan telah diumumkan sendiri oleh presiden yang lalu, Ahmadinejad.

Jelas bahwa kriteria masyarakat yang bersih, disiplin, menjaga nilai-nilai moral, keadilan, persamaan, pemerataan pendapatan, dan yang sejenisnya merupakan karakter pokok masyarakat yang menerapkan nilai-nilai ajaran Islam. Setidaknya, kriteria tersebut semakin lama semakin jelas dan tampak setelah sebelumnya jauh dari nilai-nilai Islam. Sehingga kebersihan, kedisiplinan, moralitas, keadilan, kehidupan layak, dll semakin merata dan dirasakan.

Demikian itulah seharusnya. Namun, hal tersebut sama sekali tidak terjadi di Republik Islam Iran. Kenapa? Penulis mengajak untuk melihat ke dalam ajaran Syiah dengan komposisinya yang spesifik. Menurut hemat penulis, ada dua faktor yang dominan: (1) kelas mullah, dan (2) konsep wilayah versi Syiah.

Bagian berikut akan mengurai peran kedua faktor tersebut dalam menciptakan kebangkrutan dan amoralitas.

Pertama, Kelas Mullah

Salah satu perbedaan fundamental antara Islam dengan agama-agama sebelumnya, khususnya Nasrani, adalah dihapuskannya kelas pendeta.

Nasrani, misalnya, memosisikan gereja sebagai pengatur urusan agama. Kelas pendeta mengelola gereja dan menjadi mata rantai penghubung antara penganut Nasrani dengan Allah. Kelas pendeta ini dahulu memberikan pengampunan, memonopoli pemahaman agama, mengancam neraka kepada pihak-pihak yang menyelisihi gereja, serta bisa mengkavling Syurga bagi yang mampu menyerahkan bayaran kepada gereja.

Kelas pendeta inilah yang dalam masyarakat Eropa merupakan faktor penting mewabahnya kerusakan moral. Inilah yang menjadi latar belakang bangkitnya revolusi Martin Luther di Jerman. Revolusi yang melahirkan Protestanisme di awal abad ke-16 M. Latar belakang sama yang membangkitkan Revolusi Prancis di akhir abad ke-18 (1789 M), yang berhasil mengakhiri koalisi antara feodalisme tuan tanah dengan gereja dan melahirkan era modern.

Islam menghapuskan konsep kependetaan dan menetapkan bahwa hubungan antara hamba dengan Rabbnya tidak memerlukan perantara. Lantaran itu, Al-Qur’an mengecam kaum Musyrik yang menjadikan patung berhala sebagai perantara kepada Allah.

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْـخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إلَّا لِيُقَرِّبُونَا إلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.” (QS. al-Zumar/39: 3)

Al-Qur’an mengajarkan kepada setiap Muslim untuk hanya berdoa kepada Allah, tidak kepada selain-Nya dan tanpa perantara.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)

Patut dicatat bahwa Syiah mewajibkan kepada setiap pengikutnya untuk terikat kepada seorang marja’ Syiah kontemporer. Selanjutnya, dia harus komitmen taat kepadanya, menyetor khumus (1/5 harta), taklid kepada ajaran ibadahnya, menjadikannya sumber fatwa, serta loyal kepadanya.

Dengan begitu, secara relatif para mullah dalam Syiah mirip dengan pendeta dalam gereja Nasrani. Dan mullah menjadi faktor yang juga berperan dalam mewabahnya kerusakan moral dalam masyarakat Iran. Terlebih karena kelompok mullah termasuk kelas borjuis lewat fasilitas khumus yang mereka nikmati.

Pemerintah Iran sendiri berusaha menutup-nutupi kejahatan para mullah tersebut. Pemerintah menutup segala informasi terkait kejahatan mullah. Politik ini diambil rezim Iran sejak periode awal pemerintahan revolusi saat terkuaknya skandal Sadegh Khalkhali, seorang tokoh kunci revolusi Iran tahun 1979.

Eksistensi pemuka agama dalam puncak rantai keagamaan penganut Syiah berakibat langsung terhadap dua hal: pribadi penganut Syiah itu sendiri, yang pasif serta terikat kepada mullahnya; dan masyarakat, yang bukti-bukti kerusakannya tampak dalam masyarakat Syiah klasik maupun kontemporer. Hasil investigasi, studi, serta laporan media memuat banyak sekali contoh tindakan amoral kelas mullah Syiah.

Kedua, Konsep Wilayah

Islam dibangun di atas dua fondasi: wahyu dan akal. Keselarasan antara keduanya akan membawa umat kepada kemajuan dan inovasi. Sebaliknya, kerapuhan terhadap salah satunya akan menjatuhkan dan melemahkan posisi umat Islam.

Kita berkeyakinan bahwa wahyu telah terputus dengan wafatnya Rasulullahshallallahu alaihi wasallam. Sehingga yang tersisa bagi kita adalah optimalisasi peran akal dalam proses ijtihad dan menerapkan ajaran syariat.

Sebaliknya, doktrin Syiah menetapkan bahwa wahyu belum terputus sehingga terdapat 12 imam pasca Rasulullah yang menerima wahyu lewat ilham. Perkataan para imam itu setingkat dengan wahyu dan melengkapi syariat yang dibawa Nabi Muhammadshallallahu alaihi wasallam.

Tidak cukup sampai di situ, Syiah menunggu Mahdi al-Muntazhar yang diklaim hidup abadi dan menampakkan diri pada segelintir manusia. Dia mengajar manusia-manusia tertentu dan meluruskan pendapat-pendapatnya.

Doktrin-doktrin semacam ini mengkultuskan pendapat-pendapat manusia biasa dan membuka pintu bagi suburnya khurafat, takhayul, dan angan-angan.

Dalam ajaran Syiah, konsep wilayah merupakan bagian dari “irfan.” Al-Jabiri mencatat dalamal-Aql al-Arabiybahwa konsep “irfan” Syiah terpengaruh dengan peninggalan hermetisisme. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Henry Corbin dalam bukunyaHistoire de la philosophie Islamique.

Corbin menulis tentang Syiah sebagai“kelompok pertama yang mengalami hermetisisme dalam Islam.” Padahal, secara umum diketahui bahwa “irfan” mengklaim ilmu berasal darikasyf/penampakan, bukan dari hasil penalaran akal. Konsep yang membuka pintu bagi berkembangnya dongeng dan kepercayaan semu serta mematikan akal kritis.

Konsep wilayah pada gilirannya melahirkan dua konsekuensi serius dalam ajaran Syiah. Di bidang naql/wahyu, penambahan perkataan manusia yang nisbi (imam dua belas) sejajar dengan wahyu yang suci. Sedangkan di bidang nalar, berkembangnya paham-paham irrasional akibat “irfan hermetisisme.”

Jelaslah bahwa struktur sosial masyarakat Iran sangat rapuh. Revolusi “Islam” Syi’ah gagal memberantas prostitusi, penyalahgunaan narkoba, korupsi, kriminalitas,broken home yang diwariskan dari pemerintahan Shah silam. Data-data yang ada bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan yang berbanding lurus dengan mewabahnya problem sosial.

Kajian ini menelusuri problem tersebut dalam perspektif ajaran Syiah dan menemukan saham penting kelas mullah dan konsep wilayah versi Syiah di dalamnya.

Sumber : Moslem Channel‘s status.

Kategori:Artikel

Syiah membunuh pengurus NU, Ulama NU Jatim Geram

September 27, 2013 Tinggalkan komentar

Ulama NU Jatim makin gemas dengan Syiah

KEPRIHATINAN ULAMA JATIM ATAS KORBAN SUNNI PUGER

syiahLuthfi Bashori

Berikut adalah dialog SMS antar para Kyai NU Jawa Timur pasca peristiwa bentrok Sunnah vs Syiah di Puger Jember pada hari Rabu, 11 September 2013 (Ultah Runtuhnya Gedung WTC), event ini dimanfaatkan oleh kaum Syiah untuk mengadakan keramaian karnaval tanpa mendapat ijin aparat kepolisian, dengan alasan Agustusan HUT RI, bahkan mereka sengaja melanggar larangan aparat kepolisian dengan cara merusak dan menerobos kawat berduri yang sudah dipasang oleh pihak aparat kepolisian, sehingga menyulut kemarahan warga Puger.

LUTHFI BASHORI: Aslm. Mohon dicermati berita dari Sindonews.com: Gubernur Jatim, Soekarwo menegaskan, jika konflik di Puger Jember itu BUKAN MASALAH SYIAH dan SUNNI, tapi banyak faktor seperti masalah sosial + perikanan. “ISU SEKSINYA SYIAH-SUNNI, PADAHAL BUKAN ITU” katanya, usai melantik Wali Kota Malang, Jumat, 13/9/2013.

KH. JAKFAR SHADIQ, SAMPANG: Analisa saya Ustadz, Pak De Karwo takut kerusuhan meluas, krn yg jatuh korban nyawa pihak mayoritas (Sunni/NU). Pada saat seperti ini hrs kita tekan agar ada tindakan tegas pembantaian Syiah terhadap warga Sunni, harus jelas, transparan. Jgn kita kehilangan timing. Mari sgra ktmu Muspida Jatim.

KH. MUHYIDDIN A. SHAMAD, JEMBER: Berat, kalau sampai polisinya pro Syi`ah….!

LUTHFI BASHORI: Trus, bagaimana sikap Kapolda. Satu nyawa Sunni sudah melayang?

KH. JAKFAR SHADIQ, SAMPANG: Sebaiknya kita rame2 dg para ulama mendatangi Polda Ustadz. Kita besar, kalo tdk berani tunjukkan kebesaran/kekompakan kita seperti kasus Sampang, maka akan diremehkan oleh mereka.

HR. ALI BADRI, SURABAYA: Kita, para Kyai sgra membuat pernyataan sikap untuk minta pertanggung jawaban pd Kapolda, sebaiknya PWNU sgra ivestigasi ke Puger, krn yg jadi korban warga NU. Para pengurus NU jangan membiarkan masalah Aqidah kita diinjak-injak, peristiwa ini jangan didiamkan Kyai, Afwan wa Syukron.

KH. NURUDDIN, BANGKALAN (PWNU JATIM): Baik, dari respon2 itu semua sngat bagus, ayo tinggal lakukan.

LUTHFI BASHORI: Alangkah baiknya kalau antum dapat mengkondisikan dg kawan2 PWNU unt mengatur audensi dg MUSPIDA JATIM. Kawan2 kita yg lain banyak yg menunggu ajakan PWNU. Insyaallah Hb. Ahmad bin Zen Alkaf rencananya akan ke PWNU Jatim kata beliau. Semoga dapat disinergikan. Jazakumullah kher.

KH. NURUDDIN, BANGKALAN: Insya Allah Ust. Luthfi, syukron.

http://pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=704

Pengirim: Abul Bashar  – Kota: Palangka Raya
Tanggal: 24/9/2013
 
Bagaimana kelanjutan kasus hukum ini Kyai? Kita sangat2 kehilangan (rugi besar) dg tewasnya warga sunni. Bahkan ini bukan termasuk sunni awam, tapi yg tewas itu juga warga NAHDLIYIN, orang NU dan pengurus di NU. Jika nanti NU tidak merespon keras, dikhawatirkan akan melahirkan stigma buruk bagi NU sendiri. Dan yg lebih ditakutkan lagi, syiah semakin kurang ajar di tubuh NU. Kami berharap PWNU segera menuntaskan kasus ini.

Ormas terbesar harus diselamatkan.Coba perhatikan Kyai, kasus 14 Februari 2011, di mana saat itu teman-teman Aswaja bangil dan pandaan banyak yg ditangkap hanya karena bentrok lemparan batu dan tidak ada korban jiwa. Sekarang sunni yg tewas, mereka tdk ada satupun yg ditangkap! Benar apa yg disampaikan Kyai Muhyiddin di atas, bencana besar jika kepolisian sudah pro-Syiah.

[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Itulah masalahnya, ternyata keadilan di negeri ini tidak berpihak kepada warga mayoritas, namun tergantung mana yang daya lobinya kuat.Kasus kematian warga NU korban kesadisan Syiah Puger tidak pernah di bollow-up oleh media, namun jika Sunni yang mereka anggap bersalah, maka media akan ramai-ramai menyorotinya, seakan-akan seluruh kesalahan itu berada pada pihak Sunni yang mayoritas.
Kategori:Artikel Tag:

Warna Warni Imamah/Sorban agama Syiah

September 27, 2013 Tinggalkan komentar

surbanHitam: Bergelar Sayyid, otoritas penuh dalam khumus dan mut’ah dengan semua wanita.

Putih: Bergelar Syekh, otoritas penuh dalam mut’ah, namun otoritas menarik khumus lebih terbatas.

Hijau: Penjaga kuburan(tambang uang), ia boleh mut’ah dan mengambil harta, namun harus rahasia.

Allah Subahanu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah: 34)

Sumber:https://www.facebook.com/pages/لوكان-الحمق-رجلا-لكان-رافضيا-3/476723149037268?hc_location=stream

Noted :Waspadalah wahai kaum muslim  Indonesia, syiah menunjukkan taring nya di Indonesia kita…. jangan termakan slogan syiah yg berkata “kami mazhab ahlul bait”,padahal mereka dusta belaka,dan jangan termakan slogan mereka yangg berkata “kami syiah Zaidiyah yg mirip ahlus sunnah” padahal syiah yang di expor ke berbagai negara adalah syiah rafidhoh Iran yg sesat dan berbahaya bagi pemerintahan dan ummat Islam.

Kategori:Artikel

Inilah Sejatinya Hizbullah

September 17, 2013 Tinggalkan komentar

Di antara sepak terjang yang paling mengagumkan bagi mayoritas kaum muslimin, khususnya beberapa tahun belakangan ini adalah sepak terjang Hizbullah dan pemimpinnya: Hasan Nasrallah. Hasan Nasrallah bahkan dijuluki oleh majalah Newsweek Amerika Serikat sebagai tokoh yang paling kharismatik di dunia Islam, plus yang paling berpengaruh bagi mayoritas kaum muslimin.

Pun demikian, ulama dan cendekiawan muslim memiliki pendapat yang bermacam-macam dan bertolak belakang dalam menilai Hizbullah dan Hasan Nasrallah sebagai pemimpinnya. Di antara mereka ada yang membelanya mati-matian hingga menjuluki Nasrallah sebagai Khalifah kaum muslimin. Tapi ada pula yang menyerangnya habis-habisan hingga mengeluarkan Hizbullah dari Islam secara keseluruhan, dan masih puluhan pendapat lagi yang berkisar di antara dua penilaian tadi.

Lantas di manakah kebenaran yang sesungguhnya dalam masalah ini? Bolehkah kita berbangga dengan sepak terjang Hizbullah selama ini? Pantaskah kita menganggapnya sebagai lambang kebanggaan, ataukah kita harus peringatkan orang-orang akan bahayanya? Dan bolehkan kita mengikuti gerakan ‘bungkam mulut’ yang dianjurkan oleh banyak kaum muslimin, dengan mengatakan: “Apa perlunya mengungkit-ungkit masalah ini sekarang?”, ataukah ‘bungkam mulut’ tadi ada artinya, mengingat peristiwa yang terus berlanjut dan masalah-masalah yang makin ruwet… dan Anda tahu bahwa orang yang mengacuhkan kebenaran seperti syaithan yang tuli?!

Siapa sejatinya Hizbullah ?  berikut ini selengkapnya

Inilah Sejatinya Hizbullah

Kategori:Artikel

KEMANA PERGINYA UANG UMAT ISLAM?

September 13, 2013 Tinggalkan komentar

Oleh Ustadz DR Muhammad Arifin Badri MA

PENDAHULUAN

Bulan suci ramadhan tak lama lagi akan tiba, dan nuansa religi ibadah dan perayaan hari raya Iedul Fitri mulai dirasakan umat Islam. Semangat ibadah dan kesucian hati yang selalu berkembang pada bulan suci ini pelan namun pasti mulai terasa di tengah-tengah masyarakat. Wajar bila, satu demi satu dari berbagai hal terkait dengan keduanya mulai semarak diperbincangkan.

Antusiasme umat Islam yang begitu besar terhadap kedatangan bulan suci Ramadhan dan hari raya Iedul Fitri sangat beralasan. Betapa tidak, bulan ini memiliki beribu-ribu keistimewaan dan mendatangkan berjuta-juta keberkahan.

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجِنَانِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَنَادَى مُنَادٍ : يَابَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَابَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَاللَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُل لَيْلة

“Bila malam pertama bulan Ramadhan telah tiba, maka seluruh setan dan jin gentayangan di belenggu. Seluruh pintu neraka ditutup, tidak satu pintupun yang masih terbuka. Sebaliknya, seluruh pintu surga dibuka, dan tidak satu pintupun yang tertutup. Lebih dari itu, ada penyeru yang berkata. ‘Wahai para pencari kebaikan bergegaslah dan wahai pencari kejelekan berhentilah!. Dan pada setiap malam Allah memerdekakan sebagian hambanya dari ancaman siksa neraka” [HR, at-Tirmidzi dan lainnya]

Sebagaimana perayaan Iedul Fitri walaupun Anda lakukan setiap tahun, namun tetap saja mampu mendatangkan kebahagian yang tidak pernah dapat ditebus dengan apapun. Karena itu Anda senantiasa menanti-nantikan kesempatan ini, dan rela berkorban dengan apapun demi merasakan keindahannya di tengah-tengah keluarga. Biaya yang mahal, jauhnya perjalanan dan lelahnya menghadapi kemacetan jalan, dalam sekejap semuanya sirna bila Anda berhasil merasakan kehangatan Iedul Fitri di tengah orang-orang yang Anda cintai.

Hari besar ini tidak pernah surut mengobarkan kerinduan dalam batin Anda kepada kampung halaman dan kedamaian bercengkrama dengan keluarga. Iedul Fitri begitu istimewa dalam hidup Anda, karena terbukti mampu mengantarkan Anda kepada kenangan hidup keluarga semasa Anda kecil, namun dalam suasana dan keadaan yang berbeda. Betapa tidak, setelah Anda berhasil mewujudkan sebagian cita-cita dan merasakan indahnya sukses dalam urusan dunia, kenangan masa indah semasa kanak-kanak kembali bangkit. Kondisi semacam ini tentu terasa istimewa, sehingga Anda rela berkorban dengan apapun untuk mendapatkannya.

PENGORBANAN DEMI KENANGAN INDAH IEDUL FITRI

Indahnya nuansa berlebaran di tengah-tengah-tengah handai taulan tercinta di kampung halaman, terlanjur menguasai perasaan Anda. Akibatnya Anda tidak pernah menyoal berapapun biaya yang harus anda tanggung dan seberat apapun perjuangan yang harus Anda lalui.

Kondisi ini bukan hanya terjadi pada diri Anda seorang, namun juga terjadi pada seluruh umat Islam, termasuk penulis. Walau demikian tidak sepantasnya keindahan perayaan Iedul Fitri menjadikan kita lalai dan lupa daratan.

Benar Islam merestui Anda untuk bersenang ria dan menikmati hasil jerih payah Anda selama satu tahun.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِى جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِى الأَنْصَارِ تَغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ بِهِ الأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثٍ قَالَتْ وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ فَقَالَ أَبُوبَكْرٍ أَبِمُزْمُورِ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَلِكَ فِى يَوْمِ عَيدٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ((يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا))

“Aisyah Radhiyallahu anhuma mengisahkan : Pada suatu hari raya, ayahku Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang ke rumahku, sedangkan saat itu ada dua anak wanita kecil dari putri-putri kaum Anshar menyenandungkan slogan-slogan (yel-yel) kaum Anshar pada peperangan Bu’ats, namun keduanya bukanlah biduanita terlatih. Menyaksikan keduanya, ayahku Abu Bakar Radhiyallahu anhu langsung menghardik dan berkata, ‘Layakkah ada seruling-seruling setan di dalam rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Mendengar hardikan ayahku, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai Abu Bakar, sejatinya setiap kaum pastilah memiliki hari perayaan, dan hari ini adalah hari perayaan kita” [Muttafaqun ‘alaih]

Walau demikian, bukan berarti Islam membenarkan anda melampui batas sehingga perayaan Iedul Fitri Anda lepas kontrol dan tanpa ukur.

Pada suatu hari saya membaca suatu berita bahwa untuk menyambut perayaan Iedul Fitri tahun 1432H, BI menyiapkan dana tunai sebesar Rp 61,36 triliun. Namun pada kenyataannya, prediksi BI ini tidak tepat, bahkan jauh dari kenyataan yang terjadi di lapangan. Dalam kurun waktu sekitar 4 minggu ini, ternyata dana tunai yang diserap oleh masyarakat, terutama umat Islam mencapai angka fantastis. Tahukah Anda berapa jumlah yang diserap oleh umat Islam dalam waktu yang sangat singkat tersebut?

Deputi Direktur Pengedaran Uang BI, Bapak Adnan Djuanda menjelaskan bahwa hingga H-5 permintaan umat Islam terhadap uang receh telah mencapai Rp. 77 triliun. Angka ini jauh melebihi permintaan umat Islam pada periode sebelumnya yang mencapai 54,78 triliun. Dengan demikian permintaan pecahan uang kecil yang mencerminkan nilai belanja umat Islam mengalami peningkatan sebesar 12%

Walau demikian, sadarkah Anda bahwa banyak dari dana tersebut tidak mengalir ke kantung-kantung umat Islam, namun mengalir ke kantung-kantung umat lain. Silahkan Anda cermati pusat-pusat perbelanjaan yang paling banyak dibanjiri oleh umat Islam selama bulan Ramadhan, niscaya Anda dapatkan kebanyakannya milik umat lain.

Akan tetapi coba Anda amati hari-hari besar umat lain, adakah dari umat Islam yang turut menikmati berkahnya perayaan mereka?

Bila demikian adanya, mengapa selama ini umat Islam seakan-akan tidak perduli akan fakta ini ?

KEMANA UANG UMAT ISLAM SEBESAR ITU MENGALIR?

Angka di atas, mungkin tidak pernah anda bayangkan sebelumnya, namun itulah kenyataan. Dan disaat yang sama, mungkin Anda terheran mendapatkan fakta yang selama ini dilupakan oleh banyak orang. Kemampuan membelanjakan uang begitu besar dan dalam tempo waktu yang begitu pendek, adalah bukti nyata bahwa umat Islam sejatinya kaya

Bagaimana tidak kaya, angka di atas yaitu Rp 77 triliun hanyalah angka kasar, karena itu sebatas uang yang secara resmi dicairkan oleh BI. Adapun data tepatnya, yang mencakup uang yang oleh masyarakat disimpan di bawah bantal, atau brangkas pribadi, dan lainnya tidak ada yang tahu jumlahnya.

Andai dana begitu besar ini diinvestasikan pada proyek yang produktif, tentu dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang besar. Dan andai umat Islam menyisihkan sebagian dana yang di belanjakan untuk perayaan Iedul Fitri, guna menyantuni fakir miskin tentu banyak yang dapat terentaskan dari kemiskinan.

Coba Anda renungkan, bila dana sebesar 77.000.000.000.000 (77 triliun) dibagi-bagikan kepada masyarakat miskin yang kebanyakannya beragama Islam niscaya mayoritas mereka terentaskan dari kemiskinan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rakyat miskin di Indonesia pada bulan Maret 2011 adalah 30,02 juta jiwa. Dengan demikian bila uang sebesar 77 triliun dibagikan kepada mereka maka masing-masing bisa mendapatkan paling sedikit 2,4 juta rupiah. Tentu uang sebesar ini bagi rakyat miskin sangat berarti dan bahkan bisa menjadi modal untuk usaha guna menyambung hidup keluarga mereka.

Namun kenyataannya dana tersebut dibelanjakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif, sehingga tidak banyak memberikan nilai positif bagi kesejahteraan umat. Hanya segelintir orang, yaitu para pedagang yang dapat menikmati derasnya aliran dana umat.

Coba Anda kembali mengingat apa yang kemarin anda lakukan ketika merayakan Iedul Fitri. Berapa pasang baju baru yang Anda beli, sepatu atau sandal,dan berapa jenis makanan yang anda siapkan. Pada saat itu terkesan Anda seakan kekurangan baju yang layak pakai, dan seakan Iedul Fitri anda tidak sah bila tidak menyediakan hidangan dan kue yang beraneka ragam.

Tidak kah Anda ingat sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا، فِى غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلاَ مَخِيْلَةِ

“Makan dan minum, berpakaian dan bersedekahlah, tanpa ada sikap berlebih-lebihan dan kesombongan” [HR Al-Bukhari]

Lebih ironis lagi, perayaan Iedul Fitri telah beralih fungsi dari perayaan yang bernuansa ibadah dan syukur atas nikmat terlaksananya ibadah puasa, menjadi ajang pamer. Pamer baju baru, kue, perhiasan, kendaraan baru dan lain sebagainya.

Wajar bila nilai-nilai keimanan dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari raya dari tahun ke tahun semakin luntur. Terlebih kesadaran tentang nilai-nilai ubudiyah kepada Allah Azza wa Jalla. Nilai ubudiyah yang terpancar pada kepatuhan Anda untuk menahan diri dari makan dan minum selama satu bulan penuh, lalu pada hari raya Anda dilarang dari berpuasa. Sebulan kepatuhan Anda diwujudkan dalam menahan diri dari makan dan minum, dan pada hari raya sebalikya, Anda beribadah dengan makan dan minum.

Ubudiyah kepada Allah Azza wa Jalla bukan terletak pada amaliyah lahir semata, namun lebih pada kepatuhan Anda kepada segala perintah dan larangan, apapun bentuknya. Ubudiyah bisa berupa makan dan minum, sebagaimana dapat terwujud pada menahan diri dari keduanya.

Namun, apa boleh dikata bila ternyata umat Islam lebih menekankan pada penampilan lahir, seakan Iedul Fitri hanya sekedar bersenang-senang dengan pakaian baru, dan hidangan enak.

Saudaraku! Renungkan penuturan Ummu ‘Athiyah, semoga Anda dapat membandingkan perayaan Iedul Fitri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shabat dengan perayaan Anda.

قَالَتْ يَارَسُوْلَ اللَّهِ عَلَى إِحْدَانَا بَأسٌ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهَا جِلْبَابٌ أَنْ لاَتَخْرُج؟ فَقَالَ لِتَلْبَسَهَا صَا حِبِتُهَا مِنْ جَلَبَابِهَا فَليَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Aku bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kami berdoa bila kami tidak memiliki jilbab sehingga tidak turut menghadiri shalat Iedul Fitri? Maka Rasulullah menjawab : Hendaknya temannya meminjamkan jilbab kepadanya, sehingga ia turut serta mendapatkan kebaikan dan tercakup oleh doa-doa umat Islam” [HR Al-Bukhari]

Demikianlah, mereka merayakan Iedul Fitri, nilai-nilai ibadah lebih mereka tekankan, dibanding penampilan. Hari raya telah tiba, namun masih ada Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang belum mempunyai jilbab yang dapat digunakan menutup auratnya ketika keluar rumah.

Walau tidak memiliki jilbab, mereka tidak putus asa untuk turut serta menyemarakan ibadah Iedul Fitri sebagai upaya mendapatkan berkah kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla.

Andai umat Islam di zaman sekarang kembali menekankan pada nilai-nilai ibadah dibandingkan penampilan, niscaya potensi dan kekayaan mereka tidak dihambur-hamburkan seperti saat ini.

Saudaraku! Camkanlah pepatah Arab berikut ini:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمِنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ

“Bukanlah ‘ied itu milik orang yang berbaju baru, namun ied adalah milik orang yang ketakwaannya maju nan menderu”.

PENUTUP

Semoga paparan sederhana ini menggugah iman Anda, sehingga anda tidak menghamburkan uang hasil jerih payah Anda dalam hal-hal yang kurang bernilai. Semoga tulisan ini mengingatkan Anda bahwa hasil kucuran keringat Anda selama ini alangkah indahnya bila Anda titipkan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Betapa banyak pintu-pintu surga yang terbuka di sekitar Anda, namun betapa sedikit yang berhasil Anda raih dengan harta kekayaan Anda.

Wallahu ta’ala a’lam bisshawab

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVI/1433/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Ditulis : http://www.almanhaj.or.id
Di Posting Kembali : http://www.attaqwapik.com

Kategori:Artikel

WAHABI, antara DOGMA & FAKTA

Oleh: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A hafidzahullah
 
Kita ucapkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menambah wawasan keagamaan kita sebagai salah satu bentuk aktivitas ‘ubudiyah (peribadahan) kita kepada-Nya. Shalawat beserta salam buat nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam –yang telah memperjuangkan agama yang kita cintai ini demi tegaknya kalimat tauhid di permukaan bumi.
 
Dalam kesempatan ini kami ingin menjelaskan tentang “Sosok dan Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab”.
 
Sengaja kami mengupas dan mengulas topik ini sebagai tanggapan terhadap anggapan sebagian orang (akan, -adm) adanya kaitan antara Wahabi dan Teroris. Kami menulis ini semata-mata ingin meluruskan sebuah kekeliruan dalam masalah tersebut. Dan sebagai nasihat bagi seluruh kaum muslimin di negeri ini, agar tidak terprovokasi dengan anggapan tersebut. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kami dalam mengulas topik tersebut.
Kategori:Artikel

Mengapa Mereka Menyerang Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab?

Februari 27, 2012 1 komentar

Oleh: Ganna Pryadha

Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

من أبرز مؤلفات الشيخ محمد بن عبد الوهاب،

– أحاديث في الفتن و الحوادث .

– أحكام الصلاة.

– آداب المشي إلى الصلاة.

– أربع قواعد تدور الأحكام عليها.

– أصول الإيمان.

– أصول الدين الإسلامي مع قواعده الأربع.

– الجواهر المضية.

– الخطب المنبرية.

– الرسائل الشخصية.

– الرسالة المفيدة.

– الطهارة.

– القواعد الأربعة.

– الكبائر.

– مسائل الجاهلية.

– بعض فوائد صلح الحديبية.

– تفسير آيات من القرآن الكريم.

– ثلاثة أصول.

– حاشية الأصول الثلاثة.

– رسالة في الرد على الرافضة.

– شروط الصلاة وأركانها وواجباتها.

– فتاوى ومسائل.

– فضائل القرآن.

– فضل الإسلام.

– كتاب التوحيد.

– كشف الشبهات.

– مبحث الاجتهاد والخلاف.

– مجموعة رسائل في التوحيد والإيمان.

– مختصر الإنصاف والشرح الكبير.

– مختصر تفسير سورة الأنفال.

– مختصر زاد المعاد لابن قيم الجوزية.

– مختصر سيرة الرسول صلى الله عليه وسلم.

– مسائل لخصها الشيخ محمد بن عبد الوهاب من كلام ابن تيمية.

– مفيد المستفيد في كفر تارك التوحيد.

Sejak awal kemunculannya, dakwah yang diusung Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab senantiasa mendapatkan serangan menohok dan selalu berhadapan dengan musuh-musuh keji, baik dari pihak penguasa, kalangan yang mengklaim berafiliasi kepada ilmu (baca: ulama jahat), kelompok-kelompok sesat, ataupun orang-orang kafir.

Beragam metode dan konsep diterapkan mereka guna membendung dakwah Ahlussunnah yang dikembangkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Mulai dari penulisan dan pendistribusian buku-buku yang menyerang dakwah ‘salafiyyah’reformis itu, semisal buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi yang ditulis oleh Syaikh Idahram (Marhadi Muhayyar); lalu agitasi, provokasi, dan intimidasi para penguasa kafir terhadap para pengikut dakwah Syaikh Ibnu Abdul Wahhab, dan bahkan dengan kekerasan fisik (senjata).

Bahkan musuh-musuh itu tidak segan-segan memberikan stigma negatif-ofensif kepada dakwah yang mengajak manusia untuk bertauhid secara lurus dan purfikatif itu. Mereka mencap para pengikut dakwah Syaikh yang tumbuh-besar di Nejed itu sebagai teroris, ekstremis, radikalis, kelompok eksklusif, dan sederet terminologi buruk lainnya. Mereka mengistilahkan “Wahhabi” untuk setiap pengikut dakwah Syaikh. Para pengikut dakwah tauhid disebut sebagai orang-orang yang melanggar tradisi dan kepercayaan, sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur‘an Al-Karim dan hadits-hadits shahih.

…Fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya menjadi sejoli bagi julukan ‘Wahhabi’. Semua tak sesuai dengan realitanya… Baca selengkapnya…

Kategori:Artikel

Membangun Kubur adalah Larangan Nabi, Bukan Larangan Wahabi

Februari 23, 2012 Tinggalkan komentar
Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu berkata :
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ، وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kubur untuk dikapur, diduduki, dan dibangun sesuatu di atasnya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 970, Abu Daawud no. 3225, At-Tirmidziy no. 1052, An-Nasaa’iy no. 2027-2028 dan dalam Al-Kubraa 2/463 no. 2166, ‘Abdurrazzaaq 3/504 no. 6488, Ahmad 3/295, ‘Abd bin Humaid 2/161 no. 1073, Ibnu Maajah no. 1562, Ibnu Hibbaan no. 3163-3165, Al-Haakim 1/370, Abu Nu’aim dalam Al-Musnad Al-Mustakhraj ‘alaa Shahiih Muslim no. 2173-2174, Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 3/410 & 4/4, Ath-Thayaalisiy 3/341 no. 1905, Ath-Thabaraaniy dalam Asy-Syaamiyyiin 3/191 no. 2057 dan dalam Al-Ausath 6/121 no. 5983 & 8/207 8413, Abu Bakr Asy-Syaafi’iy dalam Al-Fawaaaid no. 860, Abu Bakr Al-‘Anbariy dalam Hadiits-nya no. 68, Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/515-516 no. 2945-2946, dan yang lainnya.
Asal dari larangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan keharaman sebagaimana telah dimaklumi dalam ilmu ushul fiqh. Bahkan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu – nenek moyang para habaaib – adalah salah seorang shahabat yang sangat bersemangat melaksanakan perintah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut sebagaimana terdapat dalam riwayat :
عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ، قَالَ: قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: ” أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ، وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ “
Dari Abul-Hayyaaj Al-Asadiy, ia berkata : ‘Aliy bin Abi Thaalib pernah berkata kepadaku : “Maukah engkau aku utus sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengutusku ? Hendaklah engkau tidak meninggalkan gambar-gambar kecuali engkau hapus dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan yang ditinggikan kecuali kamu ratakan” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 969, Abu Daawud no. 3218, At-Tirmidziy no. 1049, An-Nasaa’iy no. 2031, dan yang lainnya].
Larangan membangun kubur ini kemudian diteruskan oleh para ulama madzhab.
Madzhab Syaafi’iyyah, maka Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata :
وأحب أن لا يبنى ولا يجصص فإن ذلك يشبه الزينة والخيلاء وليس الموت موضع واحد منهما ولم أر قبور المهاجرين والانصار مجصصة …… وقد رأيت من الولاة من يهدم بمكة ما يبنى فيها فلم أر الفقهاء يعيبون ذلك
“Dan aku senang jika kubur tidak dibangun dan tidak dikapur/disemen, karena hal itu menyerupai perhiasan dan kesombongan. Orang yang mati bukanlah tempat untuk salah satu di antara keduanya. Dan aku pun tidak pernah melihat kubur orang-orang Muhaajiriin dan Anshaar dikapur….. Dan aku telah melihat sebagian penguasa meruntuhkan bangunan yang dibangunan di atas kubur di Makkah, dan aku tidak melihat para fuqahaa’ mencela perbuatan tersebut” [Al-Umm, 1/316 – via Syamilah]. Baca selengkapnya…
Kategori:Artikel Tag:

Dubes RI untuk Yaman: Perbaikilah Moral Bangsa dengan Hikmah dan Mau’izhoh Hasanah

Februari 17, 2012 Tinggalkan komentar

Pada hari Ahad (05/02), kami pelajar Indonesia di Darul Hadits Syihir Hadramaut mendapat kunjungan istimewa dari Duta Besar NKRI untuk Yaman, bapak Nurul Aulia. Ini adalah kunjungan beliau yang pertama sejak beliau bertugas. Biasanya beliau hanya mengutus wakil beliau, Bapak Agus Syarif Budiman untuk mengontrol keadaan kami sini.

Datang menjelang ashar, pak Dubes pun langsung makan siang bersama kami di rumah salah seorang penuntut ilmu di sini. Setelah shalat, beliau pun beliau memberikan beberapa patah kata sambutan dan wejangan bagi kami.

Di antara poin yang beliau sampaikan adalah kekawatiran pemerintah atas kemerosotan moral bangsa serta merebaknya aliran-aliran sesat dan konflik sektarian yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Beliau berharap para penuntut ilmu bisa ikut berperan aktif memperbaiki ini semua tentunya dengan mengedepankan hikmah dan mauzdhoh hasanah. Beliau lalu mengutip firman Allah ta’ala,

Serulah manusia kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan mauizhoh hasanah (pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An Nahl: 125)

Beliau juga memberikan nasihat bahwa untuk memperbaiki umat itu membutuhkan kesabaran. Jangan sampai ketidaksabaran kita dalam berdakwah malah menjerumuskan kita ke dalam perbuatan-perbuatan ekstrim yang meresahkan masyarakat. Kesabaran dalam dakwah juga sangat diperlukan oleh para dai, karena yang dicari dalam dakwah bukanlah materi melainkan keridhoan dari Allah. Baca selengkapnya…

Kategori:Artikel

Manhaj Salaf, manhaj resmi di Negeri Perlis (Malaysia)

November 2, 2010 4 komentar

Raja Perlis  salah satu negeri bagian di Malaysia

Telah menetapkan bahwa manhaj salaf sebagai manhaj resmi di negerinya.

Dinegeri ini dakwah sunnah telah  berkembang dengan pesat .

Ahlus Sunnah Wal Jamaah manhaj rasmi

KANGAR 12 Jun – Raja Perlis, Tuanku Syed Sirajuddin Putra Jamalullail bertitah, Perlis telah menetapkan bahawa Ahli Sunnah Wal Jamaah Al-Salafiyyah adalah manhaj rasmi negeri ini.

Titah baginda, sebagai manhaj rasmi, ia bebas untuk dipelajari, dihayati dan diamalkan di negeri ini dengan aman dan sejahtera.

“Kita di negeri ini sewajarnya mensyukuri dan menghayati nikmat yang kita peroleh untuk menurut jejak langkah sunah Rasulullah yang sebenar-benarnya tanpa takut kepada perkara bidaah dan fitnah,” titah baginda.

Baginda bertitah demikian dalam ucapan perasmian Forum Ahlis Sunnah Wal Jamaah Al-Salafiyyah Senusantara (FASS) 2010 di Masjid Tuanku Syed Putra di sini hari ini.

Tuanku Syed Sirajuddin bertitah bahawa manhaj berkenaan dikanunkan dalam Undang-Undang Tubuh Negeri Perlis oleh almarhum ayahanda baginda, Tuanku Syed Putra Jamalullail bersama-sama pelbagai tokoh negeri ini.

“Komitmen untuk membela manhaj ini akan dipertahankan oleh saya selaku Ketua Agama Islam di negeri ini dengan dibantu oleh Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis,” titah baginda.

Dalam pada itu, baginda berharap FASS 2010 akan berupaya memantapkan jaringan kerjasama antara Perlis dan pertubuhan bukan kerajaan (NGO) dan jemaah Ahli Sunnah Wal Jamaah Al-Salafiyyah di dalam mahupun luar negara.

“Dengan pendekatan ini akan wujud persepakatan dan kerjasama bagi memperkasa dan menyebarkan sunah Rasulullah yang sebenar-benarnya,” titah baginda.

Sementara itu, ahli panel forum tersebut terdiri daripada Pengerusi Pertubuhan Kebajikan Al-Nidaa Malaysia, Sofwan Badrie Ahmad Badrie; Pendakwah Bebas dari Singapura, Rasul Dahri dan Ketua Cabang Istimewa Muhammadiyyah dari Indonesia, Prof. Madya Dr. Muhammad Akhyar Adnan.

Turut serta Rektor Universiti Islam Yala, Thailand, Dr. Ismail Lufti Rahman Japakiya dan Rektor Institut Pengajian Tinggi Islam Perlis (IPTIPs), Datuk Alim Setia Ahmad Yusof Amin.

http://penaminang.blogspot.com/2010/06/raja-perlis-istihar-manhaj-salaf.html

Raja Perlis mahu umat Islam pertahan amalan Sunnah Waljamaah

June 12, 2010

KANGAR, 12 Jun — Raja Perlis, Tuanku Syed Sirajuddin Putra Jamalullail mahu seluruh umat Islam menghayati dan mempertahankan amalan Sunnah Waljamaah sebagai pegangan hidup.

Titah baginda, amalan Rasulullah itu adalah cukup sempurna tanpa perlu ditambah dengan amalan yang baru.

“Oleh itu bersyukurlah kita semua kerana kita mengamalkan sunnah Rasulullah sebenar-benarnya di negeri ini,’’ titah baginda semasa merasmikan Forum Ahli Sunnah WalJamaah Al-Salafiyyah Senusantara (FASS) anjuran Persatuan Al-Islah Negeri Perlis di sini hari ini.

Raja Perlis berharap forum itu berupaya menyuburkan jalinan kerjasama antara kerajaan negeri dengan badan bukan kerajaan (NGO) di semua peringkat sama ada dalam mahupun luar negara.

Anggota panel forum itu terdiri Rektor Institut Pengajian Tinggi Islam Perlis (IPTIPs) Datuk Alim Setia Ahmad Yusuf Amin, Pengerusi Pertubuhan Kebajikan Al-Nidaa’’Malaysia Ustaz Sofwan Badrie Ahmad Badrie, Rektor Universiti slam Yala, Thailand Dr Ismail Lutfi Abdul Rahman Jappakiya, tokoh sunnah dari Indonesia Prof Madya Dr Muhamad Akhyar Adnan dan tokoh sunnah dari Singapura Ustaz Rasul Dahari.

Kira-kira 400 peserta dari seluruh negara hadir pada forum itu. — Bernama

http://www.themalaysianinsider.com/bahasa/article/raja-perlis-mahu-umat-islam-pertahan-amalan-sunnah-waljamaah/

Kategori:Artikel